For the first time in forever: Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda
Liburan kali ini
(lagi-lagi) saya harus mencoba mengunjungi tempat yang belum pernah saya
datangi. Sebagai orang
Bandung, rasanya gimana gitu kalau
belum pernah mengunjungi dan berwisata ke tempat-tempat yang terkenal di
Bandung dan sekitarnya, contohnya Tahura atau Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda.
Saya orangnya penasaran sih pengen nyoba hal baru, dan juga liburan selalu
banyak waktu kosong, daripada bete diem di rumah lebih baik explore some new things, right?
Awalnya ajak temen-temen yang lagi gabut dan bikin multiple chat di Line. Salah satunya Keisha, yang udah pernah mengunjungi Hutan Juanda. Kami janji ketemu di SMA 5 jam 8 pagi, tapi ngaret jadi jam 8.30. Dua orang lagi masih belum dating sampai jam 9.30. Padahal lebih pagi lebih baik ya biar engga kepanasan juga. Tapi kata Keisha di sana teduh walaupun siang hari. Saat kami mau berangkat, ternyata ada satu orang yang mau join dan kebetulan dia bawa mobil. Yeahaay jadi kita enggak perlu naik angkot dan naik ojeg deh. Kami sampai di Hutan Juanda sekitan pukul 10.50. Dengan membayar tiket 10.000 dan retribusi 1.000 per orang. Untuk parkir mobil dikenai biaya Rp 10.000 per unit. Sampai di sana, udara terasa dingin, ya namanya juga hutan. Rencana awal kita mau jalan ke Maribaya, jaraknya sekitar 4 KM itu dekat, soalnya pernah ikutan Fun Race 5K jadi asumsi saya 4 KM itu dekat. Setelah sekian lama jalan, kok enggak sampai-sampai ya ke Curug Omas Maribaya.
Lalu ada papan penunjuk arah, 400 meter menuju
Penangkaran Rusa. Kami ikuti arahnya, belok ke kiri dari jalur utama. Empat ratus meter sih
lumayan dekat, tapi sampai ujung jalan kita nggak nemuin apa-apa. Hanya sungai
dan bangunan air yang kelihatannya udah agak tua. Nah di situ ada papan
informasi dan tertulis sebenarnya dulu
air yang mengalir dari hulu ke sungai tersebut energinya dimanfaatkan untuk
PLTA. Tetapi karena sekarang debit air berkurang drastis dan energi yang
digunakan tidak dapat dihasilkan sehingga PLTA tersebut tidak dapat beroperasi.
Wah sayang banget ya...... Nah udah deh kita sampe ujung tapi enggak nemu dimana itu penangkaran rusa,
akhirnya kita balik lagi dengan perasaan kecewa. Kita terusin jalannya lalu
berhenti di satu tempat yang bentuknya seperti saung tapi dari bangunannya dari
tembok. Terdapat papan informasi lagi, menjelaskan tentang lebah yang dihidup
di sana, rusa, dan aliran air dari maribaya ke sungai di Kota Bandung. Saya
alihkan pandangan saya ke sebelah kiri, ternyata dari kejauhan saya melihat
penangkaran rusa yang tadinya akan kita kunjungi. Sial! Padahal dari tempat
tadi, kita tinggal menyeberangi sungai lewat jembatan! Ah sial! Tapi kita nggak
balik lagi karena udah capek. Kita malah ngitungin ada berapa rusa yang ada,
dan ternyata cukup banyak, bisa sampai sepuluh ekor lebih. Kami sudah kelelahan
ditambah rasa kecewa karena kecolongan nggak bisa lihat rusa, tetapi kami
melanjutkan perjalanan...
Saat di jalan kami sempat mengeluh, ‘kok ngga sampe–sampe
sih?’, ‘kapan nyampenya yaAllah....’Kami berpapasan dengan
beberapa orang, sepertinya mereka pulang dari Maribaya, tadinya kami mau
menanyakan seberapa jauh perjalanan ke sana dari tempat kami berdiri, tapi
karena malu dan gengsi wkwkw kami tidak jadi menanyakannya. (note to self: Jangan
malu bahkan gengsi buat bertanya sama orang asing) Sampai juga kita disebuah
jembatan yang di bawahnya mengalir air sungai. Berarti nggak lama lagi nih
sampai. Jalannya cukup menanjak, lalu ada papan penunjuk arah yang menuliskan
bahwa menuju Curug Omas Maribaya jaraknya 400 meter. Kita sedikit berlari
walaupun jalurnya sudah bukan paving
block lagi.
Udaranya mulai terasa dingin, dan enggak lama kita bisa melihat
tanda masuk kawasan Curug Omas Maribaya, dan saya kaget juga takut, kok banyak
monyet? Kami menyebrangi jembatan
yang hanya muat untuk maksimal lima orang. Serem juga sambil melihat tepat ke bawah air terjun. Di sana banyak pedagang
dan pengunjung. Namun karena hari sudah sore dan hari itu bukan akhir pekan,
jadi tidak terlalu ramai. Sampai di sana kami sempat befoto–foto, lalu
melaksanakan sholat. Kami berwudhu dengan air yang sangat dingin seperti air
es! Setelah itu kami membeli
mie rebus dari salah satu warung yang masih buka. Makan beralas tikar
dikelilingi pohon yang rindang, ah juara banget deh!
Selesai makan dan berfoto–foto,
kami bergegas pulang karena haripun sudah sore, saat itu waktu menunjukan pukul
empat lebih. Ketika kami membayar ke
warung, eh ternyata tikar yang kami pakai itu disewakan, dan harus bayar Rp
10.000 per tikar. Kenapa si Ibu warung nggak bilang dari awal coba??? Kami nggak mungkin
kembali lagi ke gerbang Tahura dengan berjalan kaki, selain hari sudah sore,
kami cukup lelah sehabis berjalan kaki tadi. Akhirnya kami memutuskan untuk
naik ojeg. Satu motor dipatok harga Rp 60.000, buset dah mahal banget! Kami
tawar sampai Rp 50.000 saja. Tapi Mang Ojegnya baik juga, karena sudah sore,
mereka mau mengantarkan kami sampai gerbang depan Tahura. Biasanya para
pengunjung harus berganti ojeg sesampainya di Goa Belanda, dan harus membayar
lagi sekitar Rp 20.000 per orang. Ya sudah akhiranya kami kembali lagi dengan
naik Ojeg. Jalanan yang tidak mulus untuk dilalui kendaraan dan bukan jalan
aspal membuat kami terloncat–loncat dan sakit pantat. Waktu yang ditempuh
sekitar dua puluh menit, kalau jalan kaki seperti tadi kami berangkat ya bisa
memakan waktu hampir empat jam (karena banyak istirahatnya, hehehe). Akhirnya sampailah kami
ke parkiran Tahura! Pulang dengan selamat sebelum hari mulai gelap. Terima kasih
teman–teman yang lagi gabut, hobi banget ngebolang buat mecoba hal–hal baru.
Sampai ketemu di liburan semester depan!
Awalnya ajak temen-temen yang lagi gabut dan bikin multiple chat di Line. Salah satunya Keisha, yang udah pernah mengunjungi Hutan Juanda. Kami janji ketemu di SMA 5 jam 8 pagi, tapi ngaret jadi jam 8.30. Dua orang lagi masih belum dating sampai jam 9.30. Padahal lebih pagi lebih baik ya biar engga kepanasan juga. Tapi kata Keisha di sana teduh walaupun siang hari. Saat kami mau berangkat, ternyata ada satu orang yang mau join dan kebetulan dia bawa mobil. Yeahaay jadi kita enggak perlu naik angkot dan naik ojeg deh. Kami sampai di Hutan Juanda sekitan pukul 10.50. Dengan membayar tiket 10.000 dan retribusi 1.000 per orang. Untuk parkir mobil dikenai biaya Rp 10.000 per unit. Sampai di sana, udara terasa dingin, ya namanya juga hutan. Rencana awal kita mau jalan ke Maribaya, jaraknya sekitar 4 KM itu dekat, soalnya pernah ikutan Fun Race 5K jadi asumsi saya 4 KM itu dekat. Setelah sekian lama jalan, kok enggak sampai-sampai ya ke Curug Omas Maribaya.
Accidentally, they wear same color that day |
Kebanyakan istirahat nih |
Ada rusa disitu. Sorry for terrible skill for take a good angle |
Pohon yang tumbang, akarnya gede banget |
Ketipu nih yeee.... |
Tanda-tanda mendekati Curug |
Muke!!! |
Tarif nya sekitar Rp 20.000 |
Ternyata ketemu monyet, perhatiin deh |
Bridge |
Lagi kemarau airnya sedikit |
Piknik! |
mungkin Mika sudah bosan |
I'll come back here! |
Comments
Post a Comment