Travel More, See More : Side of Jogjakarta

Tulisan ini seharusnya diposting tahun lalu, dan sekarang pasti udah basi banget. But it’s okay lah ya...sebenernya keburu males juga nulisnya huhu (no way no way nggak boleh males lagi Nid!). Okay, here's my travel journey in Jogjakarta. :)

Setelah menunggu-nunggu waktunya liburan, akhirnya sampai juga. Lebih kurang empat bulan menjalani kuliah semester dua, yang melelahkan (sampai sakit harus diopname) dengan segala kesibukan dan penat yang ingin segera dibalas dengan travelling.

Sudah berencana dari jauh-jauh hari untuk berlibur ke Jogjakarta, karena teman dekat saya dari SD yang kuliah dan tinggal di sana. Dia selalu ngeposting foto di Instagram kalau lagi jalan-jalan, bikin sirik!

Lalu kita planning ke beberapa tempat  seperti Gunung Andong, Wisata Gunung Merapi, Pantai-pantai di Gunung Kidul. Tadinya kami mau menghabiskan waktu seminggu di sana, namun karena satu dan lain hal kami hanya berlibur selama empat hari 5-9 Agustus 2015. Jadinya ada beberapa tempat yang batal dikunjungi.

Kami berangkat menggunakan kereta ekonomi dari stasiun Kiaracondong, kereta  berangkat pukul 20.00. Sampai di sana pukul 04.30, kami turun di stasiun Lempuyangan dan meneruskan perjalanan menggunakan taksi menuju daerah Sewon,  rumah kontrakan teman. 



Hari pertama.
Hari pertama memang rencana kita buat stay di rumah. Ngebantuin teman untuk membereskan rumahnya, memasang ini itu, memindahkan perabotan dan lainnya. Sambil menonton drama dari Turki yang sekarang banyak ditayangkan di TV hahaha. Kangen momen seperti, dulu kami sering kumpul bareng walaupun cuma main di rumah aja udah happy. Oh iya, malamnya kita makan di sekitaran Sewon, nggak begitu deket sih sama Kampus ISI Jogja, tapi lingkungannya lumayan ngingetin sama Jatinangor yang banyak tempat makan. Tapi di sini lebih sederhana dan sepi juga, mungkin lagi libur jadi nggak banyak mahasiswa. Lalu kita boti naik motor alias bonceng tiga dan jadi cabe-cabean syariah asli Bandung. Kita makan di tempat yang jual ayam, ikan dll. Kirain makanan Jogja jauh gitu rasanya dari makanan sunda (rasis banget anaknya), ternayata enak juga sih.

Hari kedua.
Kami memang terdiri dari manusia mager  alias malas gerak. Jadinya kita baru berangkat jam 10.00. Setelah ambil uang ke ATM kami makan di Brongkos Alkid Warung Handayani. Menurut teman saya,  sebenarnya makanan khas Jogja yang pertama kali itu Brongkos, tapi mungkin Gudeg lebih hits dikalangan wisatawan. Harganya lumayan terjangkau dan sebanding dengan rasanya, dagingnya lembut dan kuah yang kaya akan rempah.
brunch time!

Tempat pertama yang dituju adalah Wisata Alam Kalibiru. Bermodalkan GPS di handphone, kita menyusuri jalan yang sepi, seperti membelah hutan. Penduduk yang tinggal di pinggir jalan pun hanya beberapa, pemandangan yang jarang ditemui di kota besar. Sinyal ponsel mulai hilang karena memasuki perbukitan, sampai lah kita di Kalibiru. Sebelum mobil naik, kami harus menunggu di bawah, di sana ada petugas yang menyuruh kami menepikan mobil karena ada mobil yang akan turun dari atas. Kami penasaran, kenapa harus bergantian seperti ini? Oh mungkin jalannya kecil. Dan memang saja, jalan beraspal menuju Wisata Kalibiru ini yang cukup dilalui oleh satu unit mobil, ditambah jalan yang berkelok dengan kemiringian kirakira 30 derajat. Cukup mengerikan, cuma bisa mengap-mengap sambil pegangan yang erat. Saya khawatir, gimana ini turunnya???


Harga tiket masuknya Rp 5000,- saja

Wahana yang ada di sini cukup banyak, seperti  flying   fox dan lainnya. Dan yang menarik dari tempat ini adalah spot foto di atas pohon! Bagus sekali jika berfoto saat momen sunset. Apalagi latar belakangnya pemandangan waduk yang indah sekali. Biayanya sebesar Rp 10.000 untuk berfoto 5 menit. Sayangnya, saya sampai sana ketika sedang break, jadi spot itu ditutup sementara. Kami sempat menunggu sebentar dan sudah banyak yang mengantri, tapi kami harus lanjut ke tempat berikutnya. Sedikit nyesel sih but I'll do it next time!





Liat apa?








14 years and still counting
curam banget

Selanjutnya kita menuju ke Gunung Kidul. Di Gunung Kidul banyak banget pantai-pantai yang bagus. Sebenernya rencana pergi ke pantai tuh hari berikutnya, tapi karena sewa mobilnya hanya sehari, kita hajar aja dalam satu hari pergi ke dua tempat.

Perjalanan menuju Gunung Kidul cukup lama sih, sekitar 2 jam. Dan di perbatasan atau di pintu masuknya, setiap mobil yang lewat harus bayar Rp 10.000. Dan kata Fitria, kalau pagi-pagi banget atau malam banget ketiga penjaganya nggak ada, mobil yang lewat bebas aja masuk alias nggak bayar. Jalan yang kami lalui cukup beragam, dari persawahan, pemukiman, hutan jati yang daunnya lagi berguguran (sumpah, indah banget deh oranye-oranye gitu, mana pas sore-sore lagi), terus kita melewati persawahan tapi ada tebing-tebing tinggi gitu kayak dari kapur. Dan fyi, jalan di sana tuh mulus dan lumayan sepi, cuma segelintir kendaraan yang lewat, jadi lumayan bisa ngebut-ngebut hehe. Namun ada beberapa titik jalan menuju Gunung Kidul yang sedang diperbaiki jadi sedikit menghambat. Pantai yang kita lewati ketika berada di mobil adalah Pantai Indrayanti. Pantainya cukup dekat sama jalan raya, jadi pas mobil sambil lewat kita bisa lihat pantai. Selanjutya ada beberapa pantai yang kita lalui tapi nggak bisa dilihat seperti Pantai Indrayanti tadi, hanya gerbang masuknya aja.

Akhirnya mobil belok ke jalan setapak, tapi kita harus mundur lagi ke jalan raya karena ada mobil lain mau keluar. Jalannya memang sempit, nggak muat dua mobil. Jalan masuk ke Pantai Pok Tunggal itu masih tanah, cuma  jalan buat jalur ban mobil doang yang baru diaspalin, nggak ngerti deh. Kiri kanan jalan adalah kebun-kebun. Saya lupa perjalanannya berapa lama, mungkin sekitar 20-25 menit dari jalan masuk tadi untuk sampai ke pantai. Waktu kita sampai itu sekitar jam 16,00, masih sempat buat lihat sunset. Pantainya baguuuuuuus. Kayak di Bali ada tebing-tebing yang ngelilingin pantainya. Setelah main-main pasir, kami naik ke tebing untuk lihat sunset. Super exited, tempatnya sengaja dibikin supaya pengunjung bisa naik ke atas tebing. 
Travel mate




Hidden paradise
Be careful!

di atas tebing
Chasing the sun


Jeng-jeeeeng ini dia kondisi di atas tebingnya. Cukup sepi sih untuk ukuran tempat wisata. Di sana banyak saung-saung, bahkan ada lahan kosong yang sepertinya asik banget buat dijadikan tempat campingSeru bisa lihat deburan ombak samudra hindia dari atas tebing, walaupun suaranya sedikit menyeramkan tapi adeeeeem banget dengernya. Suara laut memang yang paling indah. Dan akhirnya sang surya pun turun dan mengakhiri hari ini dengan indahnya.





Sebagai wanita dan kaum millenial pengguna aktif sosial media terutama instagram, maka utamakan berfoto hehehe


yaaah merem...


Foto sampe bodo







Sunset


Pinkish sky


Betah banget main di Pok Tunggal, dan rasanya nggak mau pulang hehe. Di sana juga pengungjung bebas buat berkemah di pinggir pantai. Huuuuu pengen.........Tapi kami harus segera pulang karena hari sudah gelap. Kami pulang sekitar jam 6, dan jalan masuk yang jalan jelek tadi langsung gelap gulita karena nggak ada lampu. Di jalan pulang pun nggak ada lampu jalan dan super gelap. Serem juga sih kita cuma bertiga di mobil dan nggak ada lagi mobil selain kita di jalan itu. Akhirnya kita buat rame suasana dengan karaoke di dalam mobil. Di jalan yang sudah mulai ramai dengan kendaraan, we found something funny. Kita ada di belakang mobil yang mengangkut sapi-sapi ini dan sepanjang perjalanan, pemandangan yang dilihat adalah pantat seksi mereka.


Setelah melalui perjalanan panjang, kami diajak makan malam di suatu tempat, disebutnya bukit bintang, tapi nama aslinya apa saya nggak tahu. Di sana kita makan mie instan (wkwk jauh-jauh dari Bandung makan mie instan juga ), lalu saya pesan minuman namanya Wedang. Uwuh karena penasaran. Rasanya enak, tapi saya aneh, soalnya di dalamnya seperti ada serutan kayu. Nggak sempet nanya mbak-mbaknya. (note! Malu bertanya sesat sampe pulang).

Wedang uwuh

Kita lanjut ke Alun-Alun Timur. Ternyata tempatnya rame banget kalau malam-malam. Banyak kendaraan hasil modifikasi yang super meriah kayak gini...sumpah dangdut abis...............


Udara Jogja malam itu cukup dingin. Jadi kita menghangatkan diri dulu dan jajan Wedang Ronde. Unyu bet bulet-bulet kayak cilok.

Wedang ronde

Kunjungan kita ke Alun-alun Timur jadi penutup untuk petualangan hari itu. Tapi sebelum pulang kita ke Stasiun Tugu dulu untuk mencetak tiket kereta untu pulang. (note! Diusahakan kalau beli tiket pulang, belinya barengan aja pas beli tiket buat berangkat, biar nggak kemalahan dan nggak kehabisan).

Hari ketiga.
Yak, kita semua kelelahan dan akhirnya baru pada eling jam 1 siang dan baru beres mandi jam 3. Akhirnya kita berangkat jam 5 sore dimana angkutan umum udah nggak ada yang beroperasi. Okey terpaksa naik taksi (note!  Siapkan jadwal yang matang, biar nggak mendadak dan akhirnya nambah-nambah pengeluaran). Kontrakannya Fitria yang berada di tengah sawah (no offense fit wkwk) memperkecil kemungkinan taksi kosong lewat, makanya harus naik dari Kampus ISI. Malam itu kita wisata ke Malioboro! Terserah mau bilang apa, ini kali pertama aku ke Jogja dan ke Malioboro, disaat kalian mungkin udah pernah waktu study tour SD, SMP, SMA L. Oke lanjut, kita berhenti di jalan apa ya lupa namanya. Jadi sepanjang Malioboro itu ada banyak jalan kecil lagi. Nah, kita turun di situ buat beli oleh-oleh. Abis itu mereka beli ice cream di McD yang pake saus coklatnya gitu deh, waktu itu di Bandung belum ada kalau nggak salah. Lalu kita beli bakpia, pakai becak, naiknya bertiga. Okey cabe-cabean syariah lagi. Tarif becak di sini murah banget, harganya Rp 5000 aja untuk satu kali jalan (apa untuk bolak-balik ya? lupaaaa yang jelas murah banget). 

Jadi setiap tukang becak itu pasti punya tujuan yang beda-beda kalau ada wisatawan yang mau beli bakpia. Katanya sih, mereka juga dibayar sama toko-toko Bakpianya buat mengarahkan pengunjung ke toko mereka. Setelah puas belanja dan beli oleh-oleh, kita makan di angkringan. Uh that feel...Jogja abis. Nama angkringannya ankringan Kopi Joss Pak Agus. Yang paling khas di sini ya kopi hitama plus arang yang disebut kopi joss. Tapi saya nggak pesan itu, di sini saya pesan nasi gudeg dan minum Milo panas. Harganya murah meriah dan bikin kenyang.

Nasi Gudeg
Ini isinya

Setelah makan lalu kita pulang dan siap-siap buat pulang besok pagi. Tapi sebelum pulang, mampir dulu buat beli Gudeg. Tadinya mau beli sekalian di sekitara Malioboro tapi udah pada tutup. Tapi untungya, supir taksinya ngasih tau kalau di Jogja ada satu jalan yang isinya penjual Gudeg, dan katanya sih jam bukanya 24 jam. Nama jalannya itu Jalan Wijilan, dan di sana banyak warung penjual gudeg salah satunya yang terkenal yaitu Gudeg Yu Djum. Wah ternyata sebagai turis, kita jangan malu untuk bertanya tentang apapun ke warga lokal. Setelah itu kita pulang ke rumah. Nggak kerasa, ternyata besoknya kita harus pulang. Memang nggak cukup tiga hari liburan di Jogja, mungkin seminggu atau lebih baru deh puas liburannya. Kita pulang esok harinya dengan kereta dari Stasiun Tugu Yogyakarta. Thank you Fitria udah jadi host fam dan guide kita selama liburan, makasih bangeeet udah mau direpotin. Semoga kita sering liburan bareng lagi ya...





Menyenangkan banget naik kereta tuh ehehe
Touchdown Bandung! 



Itinerary :
Tiket Kereta Ekonomi AC (Kiaracongdong-Lempuyangan)        Rp 90.000/orang
Taksi (Lempuyangan – Sewon)                                                     Rp 60.000
Sewa mobil (24 jam) belum bensin                                               Rp 300.000
Brongkos daging + nasi                                                                 Rp. 18.000
Tiket masuk Kalibiru                                                                     Rp 5.000
Tiket lewat jalan Gunung Kidul                                                    Rp 10.000*
Indomie di Bukit Bintang                                                              Rp 8.000
Wedang Uwuh                                                                               Rp 7.000
Wedang Ronde                                                                               (sekitar 5.000-an)
Taksi (Sewon-Malioboro)                                                             Rp 50.000*
Becak di Malioboro (murah banget ga ngerti lagi)                       Rp 5.000
Bakpia                                                                                           Rp 30.000/kotak
Nasi Kucing                                                                                   (sekitar 10.000-an)
Taksi (Malioboro-Sewon)                                                             Rp. 50.000
Tiket Kereta Bisnis (Yogyakarta-Kiaracondong)                         Rp 215.000/orang
                  


* lupa lagi berapa harga pastinya, tapi sekitaran segitu
Silahkan diprediksi berapa pengeluaran kami selama jalan-jalan di Jogja hehehe. Lumayan murah sih, tapi jangan lupa persiapkan uang lebih untuk jaga-jaga siapa tahu ada kebutuhan mendadak. Maaf juga kualitas fotonya belum terlalu baik, maklum hanya pakai iPhone. Next, mungkin udah punya kamera sendiri ya hehehe aamiin aamiin.

Semoga dengan tulisan ini, menginspirasi untuk liburan terus explore Indonesia. Masih banyak tempat indah lainnya di Indonesia, dan itu semua akan membuat kita semakin bersyukur karena telah dilahirkan di bumi khatulistiwa.

Holiday is a need, to healing our soul, to make us feel blessed.


See you in another travel journey!

Comments

Popular posts from this blog

Organization Experience : Divisi Media dan Informasi HMJ TMIP Unpad 2015

Operasi Gigi Geraham Impaksi

PRODI TEKNIK PERTANIAN